Halo Joke!
Pernahkah kalian mendengar istilah “quiet quitting”? Fenomena ini sedang marak di kalangan millennials dan menjadi topik hangat di berbagai platform diskusi. Apa sebenarnya quiet quitting itu, dan mengapa semakin banyak millennials memilih jalan ini? Yuk, kita bahas lebih dalam mengenai fenomena yang menolak budaya hustle ini!
Apa Itu Quiet Quitting?
Quiet quitting adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena di mana karyawan memilih untuk tidak melakukan lebih dari yang diharapkan dalam pekerjaan mereka. Mereka tetap bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan, tetapi tidak mengambil inisiatif lebih, tidak bekerja lembur tanpa kompensasi, dan tidak membiarkan pekerjaan mengganggu waktu pribadi mereka. Ini adalah bentuk protes diam-diam terhadap ekspektasi kerja yang berlebihan dan budaya hustle yang memaksa.
Mengapa Quiet Quitting Menjadi Tren?
Ada beberapa alasan mengapa quiet quitting menjadi semakin populer di kalangan millennials:
- Keseimbangan Hidup dan Kerja: Banyak millennials menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka tidak ingin terjebak dalam siklus kerja berlebihan yang mengorbankan kesehatan fisik dan mental.
- Pencarian Makna: Generasi ini mencari makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka. Ketika pekerjaan tidak memberikan kepuasan atau dianggap tidak bermakna, mereka memilih untuk membatasi upaya mereka.
- Kesadaran Akan Hak: Millennials lebih sadar akan hak-hak mereka sebagai pekerja. Mereka menolak eksploitasi dan menuntut kompensasi yang adil untuk usaha mereka.
Dampak Quiet Quitting pada Perusahaan
Fenomena quiet quitting tentu memiliki dampak pada perusahaan:
- Penurunan Produktivitas: Ketika karyawan hanya bekerja sesuai deskripsi pekerjaan tanpa inisiatif lebih, produktivitas perusahaan bisa menurun.
- Tingginya Turnover: Karyawan yang tidak merasa puas dan tidak melihat prospek perkembangan karir cenderung lebih cepat mencari pekerjaan baru.
- Kerugian Finansial: Penurunan produktivitas dan tingginya turnover karyawan bisa mengakibatkan kerugian finansial bagi perusahaan.
Bagaimana Perusahaan Harus Merespons?
Untuk mengatasi fenomena quiet quitting, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah berikut:
- Meningkatkan Keterlibatan Karyawan: Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan.
- Memberikan Pengakuan dan Penghargaan: Menghargai usaha dan kontribusi karyawan melalui pengakuan dan penghargaan yang sesuai.
- Mendorong Keseimbangan Hidup dan Kerja: Menawarkan fleksibilitas dalam jadwal kerja dan mendorong karyawan untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Quiet quitting adalah respons terhadap budaya hustle yang menuntut karyawan untuk bekerja lebih keras tanpa kompensasi yang layak. Millennials memilih untuk menjaga keseimbangan hidup dan kerja, mencari makna dalam pekerjaan, dan menolak eksploitasi. Untuk Sahabat Minjend yang tertarik mendalami lebih lanjut tentang dinamika dunia kerja dan manajemen sumber daya manusia, Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) menawarkan program studi yang komprehensif. Di sini, kalian akan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi ahli dalam mengelola tenaga kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
Ayo, jadilah bagian dari generasi yang memahami dan mampu menghadapi tantangan dunia kerja!

Informasi Pendaftaran Mahasiswa baru follow IG @infopmbunjani, mau tanya atau ngobrol? DM ya. Terimakasih. informasi ter-update selalu di update disana, sampai jumpa di kampus.